MAKALAH
Laporan
Kunjungan Industri di Yogyakarta
Untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kewirausahaan
Pengampu : Dra. Tri Murwaningsih, M.Si
Disusun oleh :
Nur Rahmi Akbarini
B
K7411115
K7411115
PENDIDIKAN
EKONOMI
FAKULTAS
KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
SEBELAS MARET
SURAKARTA
I.
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu kegiatan yang
banyak sekali ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Usaha Kecil
Menengah atau UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil dan
memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah
dan bangunan tempat usaha.Tiapdaerah pasti mempunyai kegiatan usaha yang
berbeda-beda. Di daerah perairan misalnya, para penduduk pasti mempunyai usaha
yang berupa produk perairan seperti ikan. Usaha yang sudah besar, biasanya
sudah mampu membuat pencatatan setiap transaksi yang dikeluarkan maupun
diterima. Namun, masalah yang biasanya dihadapi usaha kecil adalah dalam
pengelolaan data. Biasanya usaha kecil tidak memperhatikan pengelolaan data,
data dianggap tidak penting “yang penting untung atau balik modal”. Jawaban itu
yang sering didengar pada usaha kecil. Padahal bila pengelolaan data bisa lebih
diperhatikan, wirausaha akan lebih memajukan usahanya.
Dalam melakukan usaha ini, baik usaha kecil maupun besar,
para wirausaha tentunya harus memiliki sikap mental wirausaha yakni berani
mengambil resiko. Wirausaha harus berani rugi untuk mendapat untung, berani
rugi untuk mendapat untung artinya apabila wirausaha tersebut mempunyai usaha
yang baru dimulai sebaiknya wirausaha tersebut memberikan suatu promosi agar
para pembeli tertarik dengan produknya.
Wirausaha yang tidak ulet maka ia tidak akan berhasil
membangun usahanya secara besar. Karena dalam berwirausaha pasti ada ganjalan
yang harus ditempuh untuk sukses. Untuk mengetahui kondisi usaha kecil menengah
inilah saya membuat laporan ini. Dalam laporan ini, para wirausaha yang di
bidik adalah para wirausaha dalam usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta
khusunya Kasongan, Manding, Malioboro, dan Pantai Depok.
B. Tujuan
Untuk
mengetahui bagaimana kondisi usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta
khususnya Kasongan, Malioboro, dan Pantai Depok.
C. Rumusan
Masalah
Bagaimana
kondisi usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta khususnya Kasongan,
Malioboro, dan Pantai Depok?
II.
ISI
A. Hasil Kunjungan Industri
1. Usaha
Kecil di Kasongan
a. Profil
Usaha Kecil di Kasongan
Kasongan
adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping
di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat
daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat
kota Yogyakarta. Kasongan merupakan nama daerah tujuan wisata belanja. Desa
Kasongan merupakan sentra industri kerajinan gerabah. Gerabah adalah perkakas
yang terbuat dari tanah liat atau tanah
lempung. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang
kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang
sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku.
Dahulu, pembuatan gerabah di desa ini
terbatas untuk peralatan keperluan rumah tangga, seperti kendi (wadah air
minum), kendil (wadah untuk memasak), gentong (wadah air), anglo (kompor – tempat pembakaran dengan bahan bakar
arang untuk memasak), dan sejenisnya.
Sejalan
dengan perkembangan jaman, sekarang ini pembuatan gerabah tidak hanya terbatas
pada perabotan rumah tangga saja, namun juga barang-barang lain sejenis yang
memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Meskipun diproduksi untuk menjadi barang
kerajinan bernilai jual tinggi, namun kasongan tetap menjadi kawasan wisata
belanja yang murah dengan banyak pilihan. Hasil kerajinan dari gerabah, seperti
guci dengan berbagai motif seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak
lainnya, pot berbagai ukuran dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa,
suvenir, pigura, hiasan dinding, dan perabotan seperti meja atau kursi, dapat
diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh wisatawan lokal. Permintaan pasar
yang tinggi membuat kerajinan gerabah ini, akhirnya tersebar di pasaran lokal
dan internasional. Berawal dari perubahan kerajinan gerabah inilah, daerah
Kasongan kini dikenal sebagai ikon kawasan di Kabupaten Bantul dan Daerah
Istimewa Yogyakarta.
Saat
ini, Kasongan sudah sangat berkembang. Para wisatawan yang ingin berbelanja
dapat menjumpai berbagai produk kerajinan tangan selain gerabah. Pendatang yang
membuka galeri di Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya jenis usaha
kerajinan di sini. Produk yang dijual masih termasuk kerajinan lokal seperti
kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan
kerang. Usaha kerajinan Kasongan berkembang mengikuti arus dan peluang yang
ada. Namun demikian, kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata
pencaharian warga setempat.
·
Asal usul daerah Kasongan menjadi sentra
industri gerabah
Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di
sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga
setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan
sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati.
Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak
mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah
dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain.
Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah
mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari,
mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah
yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila
disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk
jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian
nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga
generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan
mainan hingga kini.
·
Proses Pembuatan
Pada dasarnya proses pembuatan gerabah dibagi dalam dua
bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak
(masal) atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan
tangan pada keramik yang berbentuk silinder (jambangan, pot, guci), dilakukan
dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa
diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang
lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada
diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang
diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak
tangan pengrajin.
Pembuatan gerabah atau keramik, mulai dari proses
penggilingan, pembentukan bahan dengan menggunakan perbot, hingga penjemuran
produk biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar,
sebelum akhirnya proses finishing dengan menggunakan cat tembok atau cat
genteng. Sebuah galeri di Kasongan biasanya merupakan usaha keluarga yang
diwariskan secara turun temurun, mereka bekerja secara kolektif. Sekarang
pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri,
namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan
pengawasan produksi.
·
Keramik Desain Modern
Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak desain
sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para
pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda
pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di
atas kuda, selain dari motif katak, ayam jago dan gajah. Perkembangan zaman
dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media telah
membawa perubahan di Kasongan. Setelah kawasan Kasongan pertama kali
diperkenalkan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan
komersil serta dalam skala besar dikomersilkan oleh Sahid Keramik sekitar tahun
1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik.
Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung
merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya.
Kerajinan gerabah yang dijual di desa Kasongan
bervariasi, mulai dari barang-barang unik ukuran kecil untuk souvenir (biasanya
untuk souvenir pengantin), hiasan, pot untuk tanaman, interior (lampu hias,
patung, furniture, etc), meja kursi, dan masih banyak lagi jenisnya. Bahkan
dalam perkembangannya, produk desa wisata ini juga bervariasi meliputi bunga
tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak
yang lainnya. Hasil produksi gerabah Kasongan di masa sekarang sudah mencakup
banyak jenis. Tidak lagi terbatas pada perabotan dapur saja (kendil, kuali,
pengaron, dandang, dan lainnya) serta mainan anak-anak (alat bunyi-bunyian,
katak, celengan). Di kawasan Kasongan akan terlihat galeri-galeri keramik di
sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir. Bentuk dan
fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot dan
vas bunga yang berukuran besar, mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun
tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang hiasan dekorasi
serta souvenir perkawinan.
Salah satu produk yang cukup terkenal adalah sepasang
patung pengantin dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini dikenal dengan
nama Loro Blonyo. Patung
ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Dalam
bahasa Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo berarti dirias
melalui prosesi pemandian dan didandani.
Namun demikian makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan. Kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa keberuntungan dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Wisatawan manca negara yang menyukai model patung Loro Blonyo, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, peragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai adat Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand, bahkan patung prajurit teracota dapat dijumpai di sini. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang terus diproduksi dengan beberapa bentuk dan model yang berbeda-beda.
Namun demikian makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan. Kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa keberuntungan dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Wisatawan manca negara yang menyukai model patung Loro Blonyo, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, peragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai adat Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand, bahkan patung prajurit teracota dapat dijumpai di sini. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang terus diproduksi dengan beberapa bentuk dan model yang berbeda-beda.
·
Wisata Desa Kasongan
Di masa sekarang pengunjung dapat menjumpai berbagai
produk kerajinan tangan selain gerabah. Pendatang yang membuka galeri di
Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan di sini. Produk
yang dijual masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa,
kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. Usaha kerajinan
Kasongan berkembang mengikuti arus dan peluang yang ada. Namun demikian
kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat.
Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik,
dan berbagai kerajinan lainnya sebagai tambahan adalah daya tarik Kasongan
hingga saat ini. Kasongan kini telah menjadi tempat wisata yang menarik dengan
barang indah hasil keahlian penduduk setempat mengolah tanah liat.
b. Wirausaha
yang ditemui
1. Langit biru
Salah satu usaha di daerah Kasongan adalah Langit Biru,
tempat ini menjual berbagai macam barang yang berasal dari gerabah. Tempat ini
buka selama 5-9 jam setiap harinya. Untuk Temple telor tempat ini memproduksi sendiri.
Pemilik dari toko ini bernama Ibu Mila, Ibu Mila mempunyai karyawan sebanyak 3
orang. Namun, saya tidak sempat bertemu dengan pemilik usaha ini. Menurut
karyawannya, ibu Mila sesekali menengok tokonya pada jam-jam makan siang yaitu
sekitar pukul 13.00 WIB. Langit Biru mempunyai cabang di Bali. Barang-barang di
Langit Biru berkualitas baik sehingga dapat menembus pasar Internasional.
Cabang di Bali inilah yang mengekspor barang-barangnya ke Luar Negeri. Untuk
masalah harga, kisaran harga yang di keluarkan toko ini berkisar dari Rp
5.000,- hingga Rp 100.000.000,-. Keuntungan yang didapat ibu Mila berkisar
sebesar Rp 7.000.000,- hingga Rp 10.000.000,- setiap bulannya
2. Loro Blonyo
Loro Blonyo merupakan salah satu patung yang terkenal,
Patungnya berupa sepasang pengantin yang duduk berdampingan. Toko ini mempunyai
karyawan sebanyak 20. Sesuai dengan namanya toko Loro Blonyo menjual patung
Loro Blonyo. Namun, bukan hanya patung Loro Blonyo saja yang dibuat. Tercatat
ada satu patung termahal bernilai Rp 125.000.000,-. Patung ini dibuat oleh
salah satu karyawan yang sangat berbakat, Patung yang dibuat adalah patung Nyi
Roro Kidul. Selain itu, karyawan tersebut juga mampu membuat kerajinan yang
bertaraf rumit. Toko ini tidak bisa mengandalkan penghasilan hanya dari tempat
itu saja, pemilik menjajakan barang-barang miliknya ke seluruh Batik Keris
wilayah Indonesia dan supermarket besar di Yogyakarta.
3. UPT (Unit
Pengembangan Terpadu) koperasi
Unit Pengembangan Terpadu ini merupakan tempat untuk
menampung para pedagang yang tidak mempunyai kios di Kasongan. Pimpinan UPT
mengakui bahwa harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan kios-kios
lainnya. Barang yang dijual pun lebih lengkap, namun jumlahnya sedikit. Harga
di Unit Pengembangan Terpadu ini sudah pas dan tidak dapat ditawar.
2. Usaha
Kecil di Malioboro
a. Profil
Usaha Kecil di Malioboro
Di kota Yogyakarta, di mana banyak orang
menyebut kota ini memiliki sejuta kenangan, terdapat satu kawasan belanja
legendaris, yakni Malioboro. Penamaan ‘Malioboro‘ diadopsi dari nama seseorang
anggota kolonial Inggris yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811—1816
M, yakni Marlborough. Malioboro memang sengaja dibangun di jantung kota
Yogyakarta oleh pemerintah Kolonial Hindia-Belanda di awal abad ke-19 sebagai
pusat aktivitas perekonomian dan pemerintahan. Kawasan ini secara simbolis juga
berfungsi untuk menandingi dominasi kekuasaan Sultan Mataram melalui kemegahan
keratonnya.
Untuk
tujuan tersebut, didirikanlah: Benteng Vredeburg [1765, kini menjadi museum dan
arena wisata publik], Istana Keresidenan Kolonial [sekarang menjadi Istana
Presiden, Gedung Agung di tahun 1832 M], Pasar Beringharjo, Hotel Garuda
[tempat menginap dan berkumpul para elite kolonial ketika itu] dan kawasan
pertokoan [perekonomian] Malioboro sendiri. Posisi semua bangunan tersebut
berada di depan [utara] Alun-Alun yang menjadi halaman keraton.
Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial yang terletak di kawasan
Malioboro tersebut menjadi saksi bisu perjalanan kota yang kerap disebut kota
pelajar ini dari masa ke masa. Kelak, kawasan ini direncanakan akan menjadi
sebuah kawasan pedestrian agar mengurangi kemacetan kendaraan bermotor dan
polusi udara dalam kota.
·
Keistimewaan
Sebagai
kawasan wisata, Malioboro menyajikan berbagai variasi aktivitas berbelanja.
Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional khas Malioboro, hingga
bentuk-bentuk aktivitas belanja modern. Beragam cara berbelanja khas Malioboro
salah satunya ialah proses tawar-menawar berbagai cenderamata yang dijajakan
oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini. Para
pedagang itu menjual beraneka cenderamata dan kerajinan yang terbuat dari
perak, gerabah, kain batik, kayu, kuilt, dan lain sebagainya. Namun, jangan
heran, misalnya, apabila penjaja menawarkan suvenir yang diminati dengan harga
Rp 50.000. Tawaran seperti ini harus disusul dengan proses tawar-menawar dari
wisatawan. Sehingga, harga dapat turun drastis hingga, misalnya, si pedagang
melepasnya dengan harga Rp 10.000 saja. Hal ini juga dapat wisatawan lakukan
ketika mengunjungi Pasar Tradisional Beringharjo yang masih satu area dengan
Malioboro. Inilah keunikan dari tradisi wisata belanja di Malioboro.
Berbeda
dengan belanja di sepanjang jalan Malioboro ini. Di toko-toko di kawasan
Malioboro, wisatawan dapat membeli barang-barang yang diminati, mulai dari
batik, berbagai suvenir, pakaian, dan lain sebagainya tanpa ada proses
tawar-menawar. Di sini, nampak Malioboro juga hadir sebagai kawasan
perbelanjaan modern. Mengunjungi kawasan ini ibarat pepatah sambil menyelam
minum air. Malioboro dekat dengan obyek-obyek wisata sejarah, wisata
arsitektur peninggalan kolonial, dan juga wisata belanja tradisional lainnya.
Obyek-obyek wisata sejarah yang berada di sekitar Malioboro di antaranya
Keraton Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum
Sonobudoyo, dan Kampung Kauman. Sedangkan pada wisata arsitektur peninggalan
kolonial di Yogyakarta yang masih dapat disaksikan, seperti Gedung Societet
[sekarang Taman Budaya], Hotel Inna Garuda, Bank Indonesia, dan Bank BNI‘46.
Dan, dua obyek wisata belanja tradisional di dekat kawasan ini, yaitu Pasar
Ngasem dan Pasar Beringharjo. Selain itu, bagi wisatawan yang gemar membaca,
kawasan ini juga menyediakan perpustakaan umum milik Pemerintah Provinsi DIY.
Selain
pelbagai keragaman suasana di atas, wisatawan juga dapat menyaksikan kekhasan
lain Malioboro berupa puluhan becak dan andong wisata khas Yogyakarta yang
diparkir paralel di sebelah kanan jalan di jalur lambat kawasan ini yang siap
mengantar wisatawan berkeliling Malioboro dan sekitarnya. Sedangkan di sebelah
kiri jalan, wisatawan dapat melihat ratusan sepeda motor diparkir berjajar di
sepanjang trotoar Malioboro yang menjadi tanda bahwa Malioboro adalah kawasan
ramai pengunjung. Segala aktivitas turisme di atas biasanya dilakukan di siang
hingga malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Di malam harinya, Malioboro
menyuguhkan kepada wisatawan nuansa makan malam dengan berbagai pilihan menu di
warung-warung lesehan khas Yogyakarta yang berjejer rapi di tepi jalan
Malioboro. Para musisi jalanan akan menghampiri dan menemani santap malam
wisatawan di berbagai warung lesehan ini. Masakan yang lezat, lantunan
lagu-lagu dari para musisi jalanan, terang lampu kota, dan semilir angin
berhembus di malam hari membuat wisatawan kerasan dan akan mengenang Malioboro
sebagai kawasan yang seolah tak tertandingi.
·
Lokasi
Kawasan
ini terletak di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta,
Indonesia. Hanya sekitar 800 meter dari Keraton Yogyakarta.
·
Akomodasi dan
Fasilitas Lainnya
Tak
diragukan lagi bahwa kawasan ini menyediakan berbagai macam akomodasi bagi
wisatawan, mulai dari hotel berbintang lima dengan harga sewa kamar per
malamnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, hingga motel-motel atau homestay,
yang harga sewa tiap kamarnya hanya berkisar Rp 20.000 per malam. Bagi yang
berminat menginap, wisatawan dapat mencarinya di sekitar Jalan Mangkubumi,
Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan
Mataram. Atau mencari penginapan di bagian barat kawasan ini, yakni Jalan
Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya tidak jauh dari kawasan Malioboro.
Selain
itu, wisatawan juga dapat memilih berbagai masakan berdasarkan selera
masing-masing, mulai dari angkringan [warung berbentuk gerobak yang
menyediakan serba-serbi makanan lokal] yang letaknya di utara Stasiun Tugu,
masakan-masakan khas Yogyakarta [seperti gudeg, nasi goreng, lalapan, dsb.]
yang disajikan dengan suasana lesehan, berbagai masakan Cina, sampai fastfood
atau masakan-masakan a la Barat [seperti steak, beef
lasagna, dsb.] dalam restoran atau café-café yang ada di sekitar
Malioboro. Fasilitas yang menunjang kawasan ini tak hanya berupa akomodasi dan
tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi
pariwisata, tempat ibadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon,
warung internet, tempat parkir yang luas, sampai Stasiun Kereta Api Tugu. Jika
wisatawan ingin membeli buah tangan untuk sanak keluarga di rumah, cukup
berkunjung di sekitar Jalan Mataram atau di sebelah barat Malioboro yang
menyediakan berbagai macam penganan khas Jogja, seperti bakpia, geplak, yangko,
dan puluhan jenis keripik.
b. Wirausaha
yang ditemui
3. Usaha
Kecil di Pantai Depok
a. Profil
Usaha Kecil di Pantai Depok
· Selayang Pandang
Salah
satu objek wisata di Yogyakarta yang menjadi target favorit kunjungan wisatawan
adalah pantai. Untuk objek wisata pantai, Yogyakarta memiliki beberapa pilihan
pantai yang telah lekat menjadi ikon wisata, seperti Parangtritis,
Parangkusumo. Selain pantai-pantai tersebut, Pantai Depok adalah pilihan lain
yang juga dapat dikunjungi wisatawan. Pantai Depok secara administratif
terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta,
Indonesia. Di samping keindahan pantainya, Pantai Depok menyediakan sajian
kuliner yang khas. Oleh karena itu, pantai ini juga disebut pantainya para
penggemar sea food. Letak Pantai Depok berdekatan dengan Pantai Parangtritis.
Pantai ini masih tergolong asri sehingga memungkinkan wisatawan dapat menemui
keindahan lain yang tidak dijumpai di Parangtritis. Lanskap Pantai Depok
dihiasi dengan bangunan los yang memanjang, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Selain tempat pelelangan ini, Pantai Depok juga memiliki tanah lapang yang
masih ditumbuhi tumbuhan bakau. Saat ini, area bakau tersebut dijadikan area
parkir kendaraan wisatawan.
Dari
area parkir hingga melewati bangunan-bangunan los di TPI, lanskap laut maupun
bibir Pantai Depok memang belum terlihat, meski deburan ombaknya sudah mulai
terdengar. Jika ingin segera menikmati kawasan pantainya, wisatawan masih harus
berjalan beberapa puluh meter lagi. Lalu, amatilah langkah kaki hingga terasa
agak berat oleh kontur tanah yang berpasir. Tengara atau tanda yang sering
digunakan untuk menandai kawasan Pantai Depok adalah tanah pasir. Jika kaki
sudah merasakan butiran-butirannya, wisatawan akan segera menangkap pemandangan
Pantai Depok yang menyegarkan. Hamparan Pantai Depok memanjang dengan latar
belakang Laut Selatan. Sementara ombak yang silih berganti menepi menghadirkan
suara deburan yang menenangkan telinga. Sebaiknya, ketika sudah melewati lokasi
TPI Depok, wisatawan jangan terburu-buru ingin segera sampai di pantai.
Luangkan waktu untuk berhenti sejenak menikmati hiruk pikuk pasar nelayan.
Suasana tersebut akan bertambah kuat jika wisatawan berkunjung di akhir pekan.
Biasanya aktivitas di akhir pekan lebih ramai bila dibanding dengan hari-hari
biasa.
· Keistimewaan
Nuansa
hiruk pikuk Tempat Pelelangan Ikan adalah sensasi pertama Pantai Depok. Di
pasar itu, wisatawan bisa menikmati akhir dari perjuangan para nelayan
semalaman mengarungi laut mengunduh ikan. Selain para nelayan, perempuan dan
ibu-ibu juga melengkapi TPI tersebut. Sebagian ada yang memadati bangunan los
pasar, berderet menjajakan aneka hasil tangkapan laut seperti ikan bawal,
tengiri, udang, kepiting dan lainnya. Biota laut hasil tangkapan nelayan itu
kemudian ditempatkan di atas bangku yang memanjang sepanjang los pasarnya. Pembeli
dan wisatawan memang menjadi bagian yang melengkapi dan tak terpisahkan dari
TPI pantai Depok. Di luar para tengkulak, banyak wisatawan yang tertarik
membeli hasil nelayan tersebut. Ikan di TPI ini masih segar karena baru
diturunkan dari perahu. Harga ikan yang dibeli langsung dari nelayan biasanya
lebih murah daripada harga di pasar umum. Ikan-ikan tersebut juga bisa dibeli
dalam jumlah besar dengan sistem jual borongan.
Nilai
plus lain bila menikmati sea food di Pantai Depok adalah penyajiannya yang
hanya sekejap. Jejeran warung tak perlu membutuhkan waktu lama untuk membuat
masakan karena bahan-bahan yang dipesan sudah tersaji lengkap dan dalam kondisi
segar. Sementara itu, sebagian pedagang ada yang menjajakan dagangannya dengan
cara oprokan (pedagang kaki lima). Biasanya pedagang ini menjual ikan dalam
bentuk yang sudah matang. Khususnya dibuat makanan seperti rempeyek. Ada
rempeyek udang, rempeyek jingking (ikan hitam kecil-kecil), dan juga ikan bawal
atau tengiri yang sudah digoreng. Seusai puas menikmati kehidupan pasarnya,
barulah wisatawan bisa melanjutkan perjalanan pelesir ke area pantai. Tak butuh
waktu lama karena hanya tinggal beberapa langkah dari ujung pasarnya. Begitu
laut sudah terbuka, sensasi lain dari Pantai Depok akan segera menghampar
tersaji di hadapan mata.
Berbeda
dengan Pantai Parangtritis, Pantai Depok memang tidak menyediakan delman. Tapi
justru inilah keistimewaan pantai ini. Sebab dengan berjalan kaki sembari
mendengarkan deburan ombak yang tak berhenti menubruk kawasan tepi pantainya,
wisatawan dapat lebih detail menikmati setiap jengkal kawasan wisata pantai
yang panjangnya sekitar 2 kilometer ini. Janganlah pula melupakan hamparan
pasir Pantai Depok. Pasir di pantai ini biasanya menjadi favorit anak-anak. Mereka
membuatnya sebagai mainan dengan membentuk menyerupai istana atau bentuk-bentuk
lainnya. Selain itu, Pantai Depok juga menjadi tempat yang cocok untuk bermain
layang-layang. Di pantai yang memiliki hembusan angin yang sedemikian kuat,
tentu bermain layang-layang adalah hal yang mengasyikkan. Apalagi ada banyak
pedagang yang menjajakan peralatan bermain layang-layang. Menariknya, permainan
layang-layang ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak tapi juga mereka yang
sudah dewasa. Di sudut yang lain, acap kali terlihat sekumpulan anak-anak muda
yang bermain dengan ombak yang sedang menepi. Terkadang ada yang berani
menantang gulungan ombak yang sepertinya memang tidak seganas di Parangtritis.
Inilah penutup segala sensasi yang ditawarkan dari eksotika Pantai Depok.
· Akses
Akses
menuju Pantai Depok bisa ditempuh wisatawan dengan melawati jalur yang sama
dengan jalur ke Pantai Parangtritis. Dari pusat Kota Yogyakarta, wisatawan
menuju jalan Parangtritis terus hingga ke Selatan. Memasuki kecamatan Kretek,
rambu-rambu petunjuk arah menuju Pantai Depok maupun Parangtritis jelas
terpampang di pinggir jalan. Akses ini bisa ditempuh dengan moda angkutan
darat, baik umum maupun pribadi. Apabila wisatawan datang berkelompok, lebih
disarankan untuk menyewa mobil di Kota Yogyakarta.
· Harga Tiket
Di
pos retribusi Pantai Depok, wisatawan dipungut iuran tanda masuk. Iuran untuk
mobil sebesar Rp 500,- (Mei 2008). Sedangkan untuk tiket masuk peroarangan
dipungut Rp 1.500. (usia anak-anak dibawah 1 tahun tidak dihitung)
· Akomodasi dan fasilitas Lainnya
Beragam
fasilitas disediakan di objek wisata Pantai Depok ini. Warung dan restoran di
dekat TempatPelelangan Ikan maupun di bibir pantai disediakan bagi wisatawan
yang ingin menikmati hidangan seafood. Harga yang dipatok oleh warung dan
restoran ini sangat terjangkau, yakni berkisar di bawah Rp 15.000,- per porsi.
Ragam seafood yang disajikan juga sangat bervariasi. Wisatawan dapat memilih
berbagai jenis ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, bahkan sirip ikan hiu.
Untuk
keamanan, Pantai depok juga memiliki petugas pantai (lifeguard) maupun Satuan
Polisi. Keberadaan mereka cukup menenangkan apabila ada peringatan gelombang
laut yang tidak bersahabat dengan wisatawan. Sedangkan bagi wisatawan yang
ingin menginap, mereka dapat menginap di losmen maupun penginapan yang ada di
kawasan Pantai Parangtritis maupun Parangkusumo.
b. Wirausaha
yang ditemui
1. Penjual udang, ikan, dan peyek.
Wirausahawan yang
saya temui adalah ibu Pujo Riyanto, ibu Pujo menjual berbagai macam ikan dan
yang sudah dimasak. Tersedia pula rempeyek, makanan renyah dan gurih. Harga di
tempat ini sangatlah terjangkau, untuk harga peyek adalah Rp 10.000,- untuk 8
bungkus rempeyek. Ada dua varian rasa rempeyek yakni rempeyek udang dan
rempeyek kedelai. Sedangkan untuk ikan dan udang, harga termurah adalah Rp
15.000,- per ons. Ibu Pujo mengaku bahwa untung yang didapat setiap bulannya
mencapai Rp 500.000,-.
2. Penjual gantungan kunci
Wirausahawan yang saya temui adalah Bapak Mojo, barang yang
dijual adalah berbagai macam gantungan kunci dan pernak-pernik dari kerang
laut. Selain itu pak Mojo juga menjual kerang-kerang kecil yang masih hidup,
punggung kerang itu digambari berbagai macam kartun dan snagat menarik. Bapak
Mojo memang tidak membuka cabang di tempat lain, namun di Pantai Depok kios Pak
Mojo ada dua tempat. Harga yang ditawarkan di tempat ini berkisar dari Rp
1.000,- hingga Rp 110.000,-. Pak Mojo mengaku bahwa keuntungan yang diperoleh
setiap bulannya adalah Rp 500.000,-.
4. Usaha
Kecil di Manding
a. Profil
Usaha Kecil di Manding
Desa Wisata Kerajinan Kulit Manding berada
di persimpangan Jl. Parangtritis km 11, atau tepatnya di Jl. DR Wahidin
Sudiro Husodo Dusun Manding Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul sekitar 15 km dari
pusat kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Akses menuju
Manding mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui oleh banyak kendaraan umum
seperti bis. Atau jika mengendarai kendaraan pribadi, maka perjalanan ke
Manding akan lebih mudah. Manding merupakan kawasan sentra industri kerajinan
kulit sapi dan kambing. Gerai aneka produk kulit seperti tas, sepatu, ikat
pinggang, dompet, jaket, hingga gantungan kunci memadati jalan mulai dari
gerbang utama. Sejak berdiri di tahun 1974, masa kejayaannya hingga berlangsung
hingga tahun 1990an. Saat ini Manding sedang mulai berusaha untuk bangkit dan
jaya seperti dulu lagi. Jatuhnya Manding dikarenakan krisis moneter yang
mengakibatkan kenaikan harga barang baku, juga gempa bumi yang terjadi di tahun
2006.
Untuk saat ini Manding memiliki 48 toko
atau showroom yang menjual barang-barang dari bahan dasar kulit produksi
masyarakat setempat. Soal harga sangat bervariasi, model dan bentuk juga
mempengaruhi harga. Di sentra industri kulit ini, selain kita bisa membeli
barang baru juga bisa melakukan reparasi terhadap produk yang kita beli
seandainya rusak atau perlu diperbaiki. Selain itu sekitar 42 home industry
yang tersebar di Manding, siap memberikan pengalaman pembelajaran industri bagi
mahasiswa dan siswa sekolah khususnya.
b. Wirausahawan
yang ditemui
Moccasin Shoes
Moccasin shoes adalah salah satu showroom yang terletak di
daerah Manding. Barang-barang yang dijual di tempat ini adalah sepatu, sandal,
sepatu sandal, tas, ikat pinggang, dan dompet. Harga sangat bervariasi
tergantung bahan dasar yang digunakan. Penjual mengaku bahwa ada juga produk
yang tidak terbuat dari kulit asli. Disini saya juga diberi ilmu untuk
membedakan mana yang kulit asli dan mana yang tidak. Moccasin shoes, selain
menjual barang produksinya di tempat ini juga menjualnya ke luar negeri.
B.
Analisis
Usaha kecil menengah di daerah Kasongan, Manding, dan
Malioboro Yogyakarta sudah maju karena beberapa tempat sudah menembus pasar
internasional dan mempunyai beberapa cabang, namun untuk usaha kecil menengah
di daerah Pantai depok belum sampai menembus pasar internasional.
Laba yang diperoleh oleh para pedagang di Kasongan, Manding,
dan Malioboro mencapai jutaan rupiah per bulan, sedangkan pedagang di Pantai
depok hanya memperoleh laba sekitar Rp 500.000,00 per bulan. Untuk pengelolaan
data, pedagang daerah Kasongan lebih diperhatikan. Selalu ada rekapan data
setiap pembelian yang ada. Selain itu para pedagang di Kasongan juga
memperdagangkan usahanya lewat jejaring sosial misalnya facebook dan twitter.
Hal inilah yang membuat usaha lebih maju karena usahanya dapat dikenal oleh
semua orang.
Untuk kerajinan kulit di daerah Manding, mungkin harus lebih
memperhatikan cara mengemas agar para konsumen dapat lebih tertarik untuk
membeli kerajinan di tempat tersebut. Kualitas yang diberikan tempat ini memang
sudah baik, namun pengemasaan akhir mungkin kurang menarik.
A. Kesimpulan
Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu kegiatan yang
banyak sekali ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Dalam
pengelolaan usaha kecil menengah ini haruslah ulet agar dapat maju. Di
Indonesia terutama kawasan Yogyakarta sendiri terdapat banyak usaha kecil
menengah, beberapa usaha kecil menengah tersebut terdapat di Kasongan, Manding,
Malioboro, dan Pantai Depok. Keempat tempat ini merupakan usaha kecil menengah
namun berbeda produksinya. Di Kasongan para wirausaha menjual produk berupa
kerajinan dari gerabah. Di daerah Manding menjual berbagai macam produk dari
bahan dasar kulit. Di Pantai depok para pedagang menawarkan segala produk
ikan-ikanan baik yang sudah matang atau belum matang. Sedangkan di Malioboro,
kebanyakan para pedagang menawarkan baju dan aksesoris.
Usaha Kecil Menengah atau UKM yang terbilang maju adalah UKM
yang mampu menembus pasar internasional dan laba yang diperoleh per bulannya
mencapai jutaan rupiah. UKM yang seperti ini dapat dicontohkan seperti yang ada
di daerah Kasongan, Manding, dan Malioboro. Sedangkan UKM di daerah Pantai
Depok belum dapat menembus pasar internasional.
B. Saran
Usaha
Kecil Menengah atau UKM di Kasongan, Malioboro, Manding, dan Pantai Depok sudah
cukup baik, mungkin yang perlu diperhatikan adalah pengemasan di daerah Manding
agar ditata lebih baik lagi. Suatu produk akan laku terjual apabila kemasannya
terlihat menarik. Perlakuan karyawan pun juga harus diperhatikan, karyawan yang
ramah akan membuat konsumen senang dan dapat berlangganan di tempat itu.
0 komentar:
Posting Komentar