Minggu, 19 Januari 2014



MAKALAH
Laporan Kunjungan Industri di Yogyakarta
Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kewirausahaan
Pengampu : Dra. Tri Murwaningsih, M.Si



Disusun oleh :
Nur Rahmi Akbarini
B
K7411115

PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA



I.                    PENDAHULUAN
A.     Latar belakang
Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu kegiatan yang banyak sekali ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Usaha Kecil Menengah atau UKM adalah sebuah istilah yang mengacu ke jenis usaha kecil dan memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.Tiapdaerah pasti mempunyai kegiatan usaha yang berbeda-beda. Di daerah perairan misalnya, para penduduk pasti mempunyai usaha yang berupa produk perairan seperti ikan. Usaha yang sudah besar, biasanya sudah mampu membuat pencatatan setiap transaksi yang dikeluarkan maupun diterima. Namun, masalah yang biasanya dihadapi usaha kecil adalah dalam pengelolaan data. Biasanya usaha kecil tidak memperhatikan pengelolaan data, data dianggap tidak penting “yang penting untung atau balik modal”. Jawaban itu yang sering didengar pada usaha kecil. Padahal bila pengelolaan data bisa lebih diperhatikan, wirausaha akan lebih memajukan usahanya.
Dalam melakukan usaha ini, baik usaha kecil maupun besar, para wirausaha tentunya harus memiliki sikap mental wirausaha yakni berani mengambil resiko. Wirausaha harus berani rugi untuk mendapat untung, berani rugi untuk mendapat untung artinya apabila wirausaha tersebut mempunyai usaha yang baru dimulai sebaiknya wirausaha tersebut memberikan suatu promosi agar para pembeli tertarik dengan produknya.
Wirausaha yang tidak ulet maka ia tidak akan berhasil membangun usahanya secara besar. Karena dalam berwirausaha pasti ada ganjalan yang harus ditempuh untuk sukses. Untuk mengetahui kondisi usaha kecil menengah inilah saya membuat laporan ini. Dalam laporan ini, para wirausaha yang di bidik adalah para wirausaha dalam usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta khusunya Kasongan, Manding, Malioboro, dan Pantai Depok.
B.     Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana kondisi usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta khususnya Kasongan, Malioboro, dan Pantai Depok.
C.     Rumusan Masalah
Bagaimana kondisi usaha kecil menengah di daerah Yogyakarta khususnya Kasongan, Malioboro, dan Pantai Depok?




II.                 ISI
A. Hasil Kunjungan Industri
1.      Usaha Kecil di Kasongan
a.       Profil Usaha Kecil di Kasongan
Kasongan adalah nama sebuah desa yang terletak di daerah dataran rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Kecamatan Kasihan, sekitar 8 km ke arah barat daya dari pusat Kota Yogyakarta atau sekitar 15-20 menit berkendara dari pusat kota Yogyakarta. Kasongan merupakan nama daerah tujuan wisata belanja. Desa Kasongan merupakan sentra industri kerajinan gerabah. Gerabah adalah perkakas yang terbuat dari tanah liat atau tanah lempung. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku. Dahulu, pembuatan gerabah di desa ini terbatas untuk peralatan keperluan rumah tangga, seperti kendi (wadah air minum), kendil (wadah untuk memasak), gentong (wadah air), anglo (kompor – tempat pembakaran dengan bahan bakar arang untuk memasak), dan sejenisnya.
Sejalan dengan perkembangan jaman, sekarang ini pembuatan gerabah tidak hanya terbatas pada perabotan rumah tangga saja, namun juga barang-barang lain sejenis yang memiliki nilai jual tinggi di pasaran. Meskipun diproduksi untuk menjadi barang kerajinan bernilai jual tinggi, namun kasongan tetap menjadi kawasan wisata belanja yang murah dengan banyak pilihan. Hasil kerajinan dari gerabah, seperti guci dengan berbagai motif seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya, pot berbagai ukuran dari yang kecil hingga seukuran bahu orang dewasa, suvenir, pigura, hiasan dinding, dan perabotan seperti meja atau kursi, dapat diperoleh dengan harga yang terjangkau oleh wisatawan lokal. Permintaan pasar yang tinggi membuat kerajinan gerabah ini, akhirnya tersebar di pasaran lokal dan internasional. Berawal dari perubahan kerajinan gerabah inilah, daerah Kasongan kini dikenal sebagai ikon kawasan di Kabupaten Bantul dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
Saat ini, Kasongan sudah sangat berkembang. Para wisatawan yang ingin berbelanja dapat menjumpai berbagai produk kerajinan tangan selain gerabah. Pendatang yang membuka galeri di Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan di sini. Produk yang dijual masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. Usaha kerajinan Kasongan berkembang mengikuti arus dan peluang yang ada. Namun demikian, kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat.
·        Asal usul daerah Kasongan menjadi sentra industri gerabah
Pada masa penjajahan Belanda, salah satu daerah di sebelah selatan kota Yogyakarta pernah terjadi peristiwa yang mengejutkan warga setempat, yaitu seekor kuda milik Reserse Belanda ditemukan mati di atas lahan sawah milik seorang warga. Hal tersebut membuat warga ketakutan setengah mati. Karena takut akan hukuman, warga akhirnya melepaskan hak tanahnya dan tidak mengakui tanahnya lagi. Hal ini diikuti oleh warga lainnya. Tanah yang telah dilepas inipun kemudian diakui oleh penduduk desa lain.
Warga yang takut akhirnya berdiam diri di sekitar rumah mereka. Karena tidak memiliki lahan persawahan lagi, maka untuk mengisi hari, mereka memanfaatkan apa saja yang ada di sekitar. Mereka memanfaatkan tanah yang ada, kemudian mengempal-ngempalnya yang ternyata tidak pecah bila disatukan, lalu mulai membentuknya menjadi berbagai fungsi yang cenderung untuk jadi barang keperluan dapur atau mainan anak-anak. Berawal dari keseharian nenek moyang mereka itulah yang akhirnya kebiasaan itu diturunkan hingga generasi sekarang yang memilih menjadi perajin keramik untuk perabot dapur dan mainan hingga kini.
·        Proses Pembuatan
Pada dasarnya proses pembuatan gerabah dibagi dalam dua bagian besar, yakni dengan cara cetak untuk pembuatan dalam jumlah banyak (masal) atau langsung dengan tangan. Untuk proses pembuatan dengan menggunakan tangan pada keramik yang berbentuk silinder (jambangan, pot, guci), dilakukan dengan menambahkan sedikit demi sedikit tanah liat diatas tempat yang bisa diputar. Salah satu tangan pengrajin akan berada disisi dalam sementara yang lainnya berada diluar. Dengan memutar alas tersebut, otomatis tanah yang ada diatas akan membentuk silinder dengan besaran diameter dan ketebalan yang diatur melalui proses penekanan dan penarikan tanah yang ada pada kedua telapak tangan pengrajin.
Pembuatan gerabah atau keramik, mulai dari proses penggilingan, pembentukan bahan dengan menggunakan perbot, hingga penjemuran produk biasanya memakan waktu 2-4 hari. Produk yang telah dijemur itu kemudian dibakar, sebelum akhirnya proses finishing dengan menggunakan cat tembok atau cat genteng. Sebuah galeri di Kasongan biasanya merupakan usaha keluarga yang diwariskan secara turun temurun, mereka bekerja secara kolektif. Sekarang pembuatan keramik melibatkan tetangga sekitar tempat tinggal pemilik galeri, namun pihak keluarga tetap bertanggung jawab untuk pemilihan bahan dan pengawasan produksi.
·        Keramik Desain Modern
Pada awalnya keramik ini tidak memiliki corak desain sama sekali. Namun legenda matinya seekor kuda telah menginspirasi para pengrajin untuk memunculkan motif kuda pada banyak produk, terutama kuda-kuda pengangkut gerabah atau gendeng lengkap dengan keranjang yang diletakkan di atas kuda, selain dari motif katak, ayam jago dan gajah. Perkembangan zaman dengan masuknya pengaruh modern dan budaya luar melalui berbagai media telah membawa perubahan di Kasongan. Setelah kawasan Kasongan pertama kali diperkenalkan oleh Sapto Hudoyo sekitar 1971-1972 dengan sentuhan seni dan komersil serta dalam skala besar dikomersilkan oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an, kini wisatawan dapat menjumpai berbagai aneka motif pada keramik. Bahkan wisatawan dapat memesan jenis motif menurut keinginan seperti burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya.
Kerajinan gerabah yang dijual di desa Kasongan bervariasi, mulai dari barang-barang unik ukuran kecil untuk souvenir (biasanya untuk souvenir pengantin), hiasan, pot untuk tanaman, interior (lampu hias, patung, furniture, etc), meja kursi, dan masih banyak lagi jenisnya. Bahkan dalam perkembangannya, produk desa wisata ini juga bervariasi meliputi bunga tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil produksi gerabah Kasongan di masa sekarang sudah mencakup banyak jenis. Tidak lagi terbatas pada perabotan dapur saja (kendil, kuali, pengaron, dandang, dan lainnya) serta mainan anak-anak (alat bunyi-bunyian, katak, celengan). Di kawasan Kasongan akan terlihat galeri-galeri keramik di sepanjang jalan yang menjual berbagai barang hiasan dan souvenir. Bentuk dan fungsinya pun sudah beraneka ragam, mulai dari asbak rokok kecil atau pot dan vas bunga yang berukuran besar, mencapai bahu orang dewasa. Barang hias pun tidak hanya yang memiliki fungsi, tetapi juga barang-barang hiasan dekorasi serta souvenir perkawinan.
Salah satu produk yang cukup terkenal adalah sepasang patung pengantin dalam posisi duduk berdampingan. Patung ini dikenal dengan nama Loro Blonyo. Patung ini diadopsi dari sepasang patung pengantin milik Kraton Yogyakarta. Dalam bahasa Jawa, Loro berarti dua atau sepasang, sementara Blonyo berarti dirias melalui prosesi pemandian dan didandani.
Namun demikian makna sebenarnya akan Loro Blonyo masih menjadi pertanyaan para pekerja di Kasongan. Kepercayaan patung Loro Blonyo akan membawa keberuntungan dan membuat kehidupan rumah tangga langgeng bila diletakkan di dalam rumah membawa pengaruh positif terhadap penjualan sepasang patung keramik ini. Wisatawan manca negara yang menyukai model patung Loro Blonyo, memesan khusus dengan berbagai bentuk seperti penari, pemain gitar, peragawati dan lain sebagainya. Pakaiannya pun tidak lagi memakai adat Jawa, selain mengadopsi pakaian khas beberapa negara, yang paling banyak memakai motif Bali dan Thailand, bahkan patung prajurit teracota dapat dijumpai di sini. Beberapa galeri keramik sekarang telah menjual sepasang patung unik ini yang terus diproduksi dengan beberapa bentuk dan model yang berbeda-beda.
·        Wisata Desa Kasongan
Di masa sekarang pengunjung dapat menjumpai berbagai produk kerajinan tangan selain gerabah. Pendatang yang membuka galeri di Kasongan turut mempengaruhi berkembangnya jenis usaha kerajinan di sini. Produk yang dijual masih termasuk kerajinan lokal seperti kerajinan kayu kelapa, kerajinan tumbuhan yang dikeringkan atau kerajinan kerang. Usaha kerajinan Kasongan berkembang mengikuti arus dan peluang yang ada. Namun demikian kerajinan gerabah tetap menjadi tonggak utama mata pencaharian warga setempat. Kerajinan keramik dengan berbagai bentuk dan motif yang modern bahkan artistik, dan berbagai kerajinan lainnya sebagai tambahan adalah daya tarik Kasongan hingga saat ini. Kasongan kini telah menjadi tempat wisata yang menarik dengan barang indah hasil keahlian penduduk setempat mengolah tanah liat.
b.      Wirausaha yang ditemui
1. Langit biru
Salah satu usaha di daerah Kasongan adalah Langit Biru, tempat ini menjual berbagai macam barang yang berasal dari gerabah. Tempat ini buka selama 5-9 jam setiap harinya. Untuk Temple telor tempat ini memproduksi sendiri. Pemilik dari toko ini bernama Ibu Mila, Ibu Mila mempunyai karyawan sebanyak 3 orang. Namun, saya tidak sempat bertemu dengan pemilik usaha ini. Menurut karyawannya, ibu Mila sesekali menengok tokonya pada jam-jam makan siang yaitu sekitar pukul 13.00 WIB. Langit Biru mempunyai cabang di Bali. Barang-barang di Langit Biru berkualitas baik sehingga dapat menembus pasar Internasional. Cabang di Bali inilah yang mengekspor barang-barangnya ke Luar Negeri. Untuk masalah harga, kisaran harga yang di keluarkan toko ini berkisar dari Rp 5.000,- hingga Rp 100.000.000,-. Keuntungan yang didapat ibu Mila berkisar sebesar Rp 7.000.000,- hingga Rp 10.000.000,- setiap bulannya
2. Loro Blonyo
Loro Blonyo merupakan salah satu patung yang terkenal, Patungnya berupa sepasang pengantin yang duduk berdampingan. Toko ini mempunyai karyawan sebanyak 20. Sesuai dengan namanya toko Loro Blonyo menjual patung Loro Blonyo. Namun, bukan hanya patung Loro Blonyo saja yang dibuat. Tercatat ada satu patung termahal bernilai Rp 125.000.000,-. Patung ini dibuat oleh salah satu karyawan yang sangat berbakat, Patung yang dibuat adalah patung Nyi Roro Kidul. Selain itu, karyawan tersebut juga mampu membuat kerajinan yang bertaraf rumit. Toko ini tidak bisa mengandalkan penghasilan hanya dari tempat itu saja, pemilik menjajakan barang-barang miliknya ke seluruh Batik Keris wilayah Indonesia dan supermarket besar di Yogyakarta.
3. UPT (Unit Pengembangan Terpadu) koperasi
Unit Pengembangan Terpadu ini merupakan tempat untuk menampung para pedagang yang tidak mempunyai kios di Kasongan. Pimpinan UPT mengakui bahwa harga yang ditawarkan lebih murah dibandingkan kios-kios lainnya. Barang yang dijual pun lebih lengkap, namun jumlahnya sedikit. Harga di Unit Pengembangan Terpadu ini sudah pas dan tidak dapat ditawar.
2.      Usaha Kecil di Malioboro
a.       Profil Usaha Kecil di Malioboro
Di kota Yogyakarta, di mana banyak orang menyebut kota ini memiliki sejuta kenangan, terdapat satu kawasan belanja legendaris, yakni Malioboro. Penamaan ‘Malioboro‘ diadopsi dari nama seseorang anggota kolonial Inggris yang pernah menduduki Yogyakarta pada tahun 1811—1816 M, yakni Marlborough. Malioboro memang sengaja dibangun di jantung kota Yogyakarta oleh pemerintah Kolonial Hindia-Belanda di awal abad ke-19 sebagai pusat aktivitas perekonomian dan pemerintahan. Kawasan ini secara simbolis juga berfungsi untuk menandingi dominasi kekuasaan Sultan Mataram melalui kemegahan keratonnya.
Untuk tujuan tersebut, didirikanlah: Benteng Vredeburg [1765, kini menjadi museum dan arena wisata publik], Istana Keresidenan Kolonial [sekarang menjadi Istana Presiden, Gedung Agung di tahun 1832 M], Pasar Beringharjo, Hotel Garuda [tempat menginap dan berkumpul para elite kolonial ketika itu] dan kawasan pertokoan [perekonomian] Malioboro sendiri. Posisi semua bangunan tersebut berada di depan [utara] Alun-Alun yang menjadi halaman keraton. Bangunan-bangunan bersejarah peninggalan kolonial yang terletak di kawasan Malioboro tersebut menjadi saksi bisu perjalanan kota yang kerap disebut kota pelajar ini dari masa ke masa. Kelak, kawasan ini direncanakan akan menjadi sebuah kawasan pedestrian agar mengurangi kemacetan kendaraan bermotor dan polusi udara dalam kota.
·        Keistimewaan
Sebagai kawasan wisata, Malioboro menyajikan berbagai variasi aktivitas berbelanja. Mulai dari cara-cara berbelanja tradisional khas Malioboro, hingga bentuk-bentuk aktivitas belanja modern. Beragam cara berbelanja khas Malioboro salah satunya ialah proses tawar-menawar berbagai cenderamata yang dijajakan oleh pedagang kaki lima yang berjajar di sepanjang trotoar di kawasan ini. Para pedagang itu menjual beraneka cenderamata dan kerajinan yang terbuat dari perak, gerabah, kain batik, kayu, kuilt, dan lain sebagainya. Namun, jangan heran, misalnya, apabila penjaja menawarkan suvenir yang diminati dengan harga Rp 50.000. Tawaran seperti ini harus disusul dengan proses tawar-menawar dari wisatawan. Sehingga, harga dapat turun drastis hingga, misalnya, si pedagang melepasnya dengan harga Rp 10.000 saja. Hal ini juga dapat wisatawan lakukan ketika mengunjungi Pasar Tradisional Beringharjo yang masih satu area dengan Malioboro. Inilah keunikan dari tradisi wisata belanja di Malioboro.
Berbeda dengan belanja di sepanjang jalan Malioboro ini. Di toko-toko di kawasan Malioboro, wisatawan dapat membeli barang-barang yang diminati, mulai dari batik, berbagai suvenir, pakaian, dan lain sebagainya tanpa ada proses tawar-menawar. Di sini, nampak Malioboro juga hadir sebagai kawasan perbelanjaan modern. Mengunjungi kawasan ini ibarat pepatah sambil menyelam minum air. Malioboro dekat dengan obyek-obyek wisata sejarah, wisata arsitektur peninggalan kolonial, dan juga wisata belanja tradisional lainnya. Obyek-obyek wisata sejarah yang berada di sekitar Malioboro di antaranya Keraton Yogyakarta dan alun-alunnya, Masjid Agung, Benteng Vredeburg, Museum Sonobudoyo, dan Kampung Kauman. Sedangkan pada wisata arsitektur peninggalan kolonial di Yogyakarta yang masih dapat disaksikan, seperti Gedung Societet [sekarang Taman Budaya], Hotel Inna Garuda, Bank Indonesia, dan Bank BNI‘46. Dan, dua obyek wisata belanja tradisional di dekat kawasan ini, yaitu Pasar Ngasem dan Pasar Beringharjo. Selain itu, bagi wisatawan yang gemar membaca, kawasan ini juga menyediakan perpustakaan umum milik Pemerintah Provinsi DIY.
Selain pelbagai keragaman suasana di atas, wisatawan juga dapat menyaksikan kekhasan lain Malioboro berupa puluhan becak dan andong wisata khas Yogyakarta yang diparkir paralel di sebelah kanan jalan di jalur lambat kawasan ini yang siap mengantar wisatawan berkeliling Malioboro dan sekitarnya. Sedangkan di sebelah kiri jalan, wisatawan dapat melihat ratusan sepeda motor diparkir berjajar di sepanjang trotoar Malioboro yang menjadi tanda bahwa Malioboro adalah kawasan ramai pengunjung. Segala aktivitas turisme di atas biasanya dilakukan di siang hingga malam hari sekitar pukul 21.00 WIB. Di malam harinya, Malioboro menyuguhkan kepada wisatawan nuansa makan malam dengan berbagai pilihan menu di warung-warung lesehan khas Yogyakarta yang berjejer rapi di tepi jalan Malioboro. Para musisi jalanan akan menghampiri dan menemani santap malam wisatawan di berbagai warung lesehan ini. Masakan yang lezat, lantunan lagu-lagu dari para musisi jalanan, terang lampu kota, dan semilir angin berhembus di malam hari membuat wisatawan kerasan dan akan mengenang Malioboro sebagai kawasan yang seolah tak tertandingi.
·        Lokasi
Kawasan ini terletak di Jalan Malioboro, Kota Yogyakarta, Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Hanya sekitar 800 meter dari Keraton Yogyakarta.
·        Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
Tak diragukan lagi bahwa kawasan ini menyediakan berbagai macam akomodasi bagi wisatawan, mulai dari hotel berbintang lima dengan harga sewa kamar per malamnya mencapai ratusan ribu bahkan jutaan, hingga motel-motel atau homestay, yang harga sewa tiap kamarnya hanya berkisar Rp 20.000 per malam. Bagi yang berminat menginap, wisatawan dapat mencarinya di sekitar Jalan Mangkubumi, Jalan Dagen, Jalan Sosrowijayan, Jalan Malioboro, Jalan Suryatmajan, dan Jalan Mataram. Atau mencari penginapan di bagian barat kawasan ini, yakni Jalan Ngasem dan daerah Wijilan yang letaknya tidak jauh dari kawasan Malioboro.
Selain itu, wisatawan juga dapat memilih berbagai masakan berdasarkan selera masing-masing, mulai dari angkringan [warung berbentuk gerobak yang menyediakan serba-serbi makanan lokal] yang letaknya di utara Stasiun Tugu, masakan-masakan khas Yogyakarta [seperti gudeg, nasi goreng, lalapan, dsb.] yang disajikan dengan suasana lesehan, berbagai masakan Cina, sampai fastfood atau masakan-masakan a la Barat [seperti steak, beef lasagna, dsb.] dalam restoran atau café-café yang ada di sekitar Malioboro. Fasilitas yang menunjang kawasan ini tak hanya berupa akomodasi dan tempat makan saja, melainkan juga pos informasi bagi wisatawan, polisi pariwisata, tempat ibadah, kios-kios money changer, ATM, kios telepon, warung internet, tempat parkir yang luas, sampai Stasiun Kereta Api Tugu. Jika wisatawan ingin membeli buah tangan untuk sanak keluarga di rumah, cukup berkunjung di sekitar Jalan Mataram atau di sebelah barat Malioboro yang menyediakan berbagai macam penganan khas Jogja, seperti bakpia, geplak, yangko, dan puluhan jenis keripik.
b.      Wirausaha yang ditemui


3.      Usaha Kecil di Pantai Depok
a.       Profil Usaha Kecil di Pantai Depok

·        Selayang Pandang

Salah satu objek wisata di Yogyakarta yang menjadi target favorit kunjungan wisatawan adalah pantai. Untuk objek wisata pantai, Yogyakarta memiliki beberapa pilihan pantai yang telah lekat menjadi ikon wisata, seperti Parangtritis, Parangkusumo. Selain pantai-pantai tersebut, Pantai Depok adalah pilihan lain yang juga dapat dikunjungi wisatawan. Pantai Depok secara administratif terletak di Kecamatan Kretek, Kabupaten Bantul, Provinsi D.I. Yogyakarta, Indonesia. Di samping keindahan pantainya, Pantai Depok menyediakan sajian kuliner yang khas. Oleh karena itu, pantai ini juga disebut pantainya para penggemar sea food. Letak Pantai Depok berdekatan dengan Pantai Parangtritis. Pantai ini masih tergolong asri sehingga memungkinkan wisatawan dapat menemui keindahan lain yang tidak dijumpai di Parangtritis. Lanskap Pantai Depok dihiasi dengan bangunan los yang memanjang, yakni Tempat Pelelangan Ikan (TPI). Selain tempat pelelangan ini, Pantai Depok juga memiliki tanah lapang yang masih ditumbuhi tumbuhan bakau. Saat ini, area bakau tersebut dijadikan area parkir kendaraan wisatawan.
Dari area parkir hingga melewati bangunan-bangunan los di TPI, lanskap laut maupun bibir Pantai Depok memang belum terlihat, meski deburan ombaknya sudah mulai terdengar. Jika ingin segera menikmati kawasan pantainya, wisatawan masih harus berjalan beberapa puluh meter lagi. Lalu, amatilah langkah kaki hingga terasa agak berat oleh kontur tanah yang berpasir. Tengara atau tanda yang sering digunakan untuk menandai kawasan Pantai Depok adalah tanah pasir. Jika kaki sudah merasakan butiran-butirannya, wisatawan akan segera menangkap pemandangan Pantai Depok yang menyegarkan. Hamparan Pantai Depok memanjang dengan latar belakang Laut Selatan. Sementara ombak yang silih berganti menepi menghadirkan suara deburan yang menenangkan telinga. Sebaiknya, ketika sudah melewati lokasi TPI Depok, wisatawan jangan terburu-buru ingin segera sampai di pantai. Luangkan waktu untuk berhenti sejenak menikmati hiruk pikuk pasar nelayan. Suasana tersebut akan bertambah kuat jika wisatawan berkunjung di akhir pekan. Biasanya aktivitas di akhir pekan lebih ramai bila dibanding dengan hari-hari biasa.

·        Keistimewaan

Nuansa hiruk pikuk Tempat Pelelangan Ikan adalah sensasi pertama Pantai Depok. Di pasar itu, wisatawan bisa menikmati akhir dari perjuangan para nelayan semalaman mengarungi laut mengunduh ikan. Selain para nelayan, perempuan dan ibu-ibu juga melengkapi TPI tersebut. Sebagian ada yang memadati bangunan los pasar, berderet menjajakan aneka hasil tangkapan laut seperti ikan bawal, tengiri, udang, kepiting dan lainnya. Biota laut hasil tangkapan nelayan itu kemudian ditempatkan di atas bangku yang memanjang sepanjang los pasarnya. Pembeli dan wisatawan memang menjadi bagian yang melengkapi dan tak terpisahkan dari TPI pantai Depok. Di luar para tengkulak, banyak wisatawan yang tertarik membeli hasil nelayan tersebut. Ikan di TPI ini masih segar karena baru diturunkan dari perahu. Harga ikan yang dibeli langsung dari nelayan biasanya lebih murah daripada harga di pasar umum. Ikan-ikan tersebut juga bisa dibeli dalam jumlah besar dengan sistem jual borongan.
Nilai plus lain bila menikmati sea food di Pantai Depok adalah penyajiannya yang hanya sekejap. Jejeran warung tak perlu membutuhkan waktu lama untuk membuat masakan karena bahan-bahan yang dipesan sudah tersaji lengkap dan dalam kondisi segar. Sementara itu, sebagian pedagang ada yang menjajakan dagangannya dengan cara oprokan (pedagang kaki lima). Biasanya pedagang ini menjual ikan dalam bentuk yang sudah matang. Khususnya dibuat makanan seperti rempeyek. Ada rempeyek udang, rempeyek jingking (ikan hitam kecil-kecil), dan juga ikan bawal atau tengiri yang sudah digoreng. Seusai puas menikmati kehidupan pasarnya, barulah wisatawan bisa melanjutkan perjalanan pelesir ke area pantai. Tak butuh waktu lama karena hanya tinggal beberapa langkah dari ujung pasarnya. Begitu laut sudah terbuka, sensasi lain dari Pantai Depok akan segera menghampar tersaji di hadapan mata.
Berbeda dengan Pantai Parangtritis, Pantai Depok memang tidak menyediakan delman. Tapi justru inilah keistimewaan pantai ini. Sebab dengan berjalan kaki sembari mendengarkan deburan ombak yang tak berhenti menubruk kawasan tepi pantainya, wisatawan dapat lebih detail menikmati setiap jengkal kawasan wisata pantai yang panjangnya sekitar 2 kilometer ini. Janganlah pula melupakan hamparan pasir Pantai Depok. Pasir di pantai ini biasanya menjadi favorit anak-anak. Mereka membuatnya sebagai mainan dengan membentuk menyerupai istana atau bentuk-bentuk lainnya. Selain itu, Pantai Depok juga menjadi tempat yang cocok untuk bermain layang-layang. Di pantai yang memiliki hembusan angin yang sedemikian kuat, tentu bermain layang-layang adalah hal yang mengasyikkan. Apalagi ada banyak pedagang yang menjajakan peralatan bermain layang-layang. Menariknya, permainan layang-layang ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak tapi juga mereka yang sudah dewasa. Di sudut yang lain, acap kali terlihat sekumpulan anak-anak muda yang bermain dengan ombak yang sedang menepi. Terkadang ada yang berani menantang gulungan ombak yang sepertinya memang tidak seganas di Parangtritis. Inilah penutup segala sensasi yang ditawarkan dari eksotika Pantai Depok.

·        Akses

Akses menuju Pantai Depok bisa ditempuh wisatawan dengan melawati jalur yang sama dengan jalur ke Pantai Parangtritis. Dari pusat Kota Yogyakarta, wisatawan menuju jalan Parangtritis terus hingga ke Selatan. Memasuki kecamatan Kretek, rambu-rambu petunjuk arah menuju Pantai Depok maupun Parangtritis jelas terpampang di pinggir jalan. Akses ini bisa ditempuh dengan moda angkutan darat, baik umum maupun pribadi. Apabila wisatawan datang berkelompok, lebih disarankan untuk menyewa mobil di Kota Yogyakarta.

·        Harga Tiket

Di pos retribusi Pantai Depok, wisatawan dipungut iuran tanda masuk. Iuran untuk mobil sebesar Rp 500,- (Mei 2008). Sedangkan untuk tiket masuk peroarangan dipungut Rp 1.500. (usia anak-anak dibawah 1 tahun tidak dihitung)

·        Akomodasi dan fasilitas Lainnya

Beragam fasilitas disediakan di objek wisata Pantai Depok ini. Warung dan restoran di dekat TempatPelelangan Ikan maupun di bibir pantai disediakan bagi wisatawan yang ingin menikmati hidangan seafood. Harga yang dipatok oleh warung dan restoran ini sangat terjangkau, yakni berkisar di bawah Rp 15.000,- per porsi. Ragam seafood yang disajikan juga sangat bervariasi. Wisatawan dapat memilih berbagai jenis ikan, udang, kepiting, cumi-cumi, bahkan sirip ikan hiu.
Untuk keamanan, Pantai depok juga memiliki petugas pantai (lifeguard) maupun Satuan Polisi. Keberadaan mereka cukup menenangkan apabila ada peringatan gelombang laut yang tidak bersahabat dengan wisatawan. Sedangkan bagi wisatawan yang ingin menginap, mereka dapat menginap di losmen maupun penginapan yang ada di kawasan Pantai Parangtritis maupun Parangkusumo.

b.      Wirausaha yang ditemui
1. Penjual udang, ikan, dan peyek.
Wirausahawan yang saya temui adalah ibu Pujo Riyanto, ibu Pujo menjual berbagai macam ikan dan yang sudah dimasak. Tersedia pula rempeyek, makanan renyah dan gurih. Harga di tempat ini sangatlah terjangkau, untuk harga peyek adalah Rp 10.000,- untuk 8 bungkus rempeyek. Ada dua varian rasa rempeyek yakni rempeyek udang dan rempeyek kedelai. Sedangkan untuk ikan dan udang, harga termurah adalah Rp 15.000,- per ons. Ibu Pujo mengaku bahwa untung yang didapat setiap bulannya mencapai Rp 500.000,-.
2. Penjual gantungan kunci
Wirausahawan yang saya temui adalah Bapak Mojo, barang yang dijual adalah berbagai macam gantungan kunci dan pernak-pernik dari kerang laut. Selain itu pak Mojo juga menjual kerang-kerang kecil yang masih hidup, punggung kerang itu digambari berbagai macam kartun dan snagat menarik. Bapak Mojo memang tidak membuka cabang di tempat lain, namun di Pantai Depok kios Pak Mojo ada dua tempat. Harga yang ditawarkan di tempat ini berkisar dari Rp 1.000,- hingga Rp 110.000,-. Pak Mojo mengaku bahwa keuntungan yang diperoleh setiap bulannya adalah Rp 500.000,-.
4.      Usaha Kecil di Manding
a.       Profil Usaha Kecil di Manding
Desa Wisata Kerajinan Kulit Manding berada di persimpangan Jl. Parangtritis km 11, atau tepatnya di  Jl. DR Wahidin Sudiro Husodo Dusun Manding Desa Sabdodadi, Kecamatan Bantul sekitar 15 km dari pusat kota Jogja ke arah selatan menuju Pantai Parangtritis. Akses menuju Manding mudah karena Jalan Parangtritis ini dilalui oleh banyak kendaraan umum seperti bis. Atau jika mengendarai kendaraan pribadi, maka perjalanan ke Manding akan lebih mudah. Manding merupakan kawasan sentra industri kerajinan kulit sapi dan kambing. Gerai aneka produk kulit seperti tas, sepatu, ikat pinggang, dompet, jaket, hingga gantungan kunci memadati jalan mulai dari gerbang utama. Sejak berdiri di tahun 1974, masa kejayaannya hingga berlangsung hingga tahun 1990an. Saat ini Manding sedang mulai berusaha untuk bangkit dan jaya seperti dulu lagi. Jatuhnya Manding dikarenakan krisis moneter yang mengakibatkan kenaikan harga barang baku, juga gempa bumi yang terjadi di tahun 2006.
Untuk saat ini Manding memiliki 48 toko atau showroom yang menjual barang-barang dari bahan dasar kulit produksi masyarakat setempat. Soal harga sangat bervariasi, model dan bentuk juga mempengaruhi harga. Di sentra industri kulit ini, selain kita bisa membeli barang baru juga bisa melakukan reparasi terhadap produk yang kita beli seandainya rusak atau perlu diperbaiki. Selain itu sekitar 42 home industry yang tersebar di Manding, siap memberikan pengalaman pembelajaran industri bagi mahasiswa dan siswa sekolah khususnya.
b.      Wirausahawan yang ditemui
Moccasin Shoes
Moccasin shoes adalah salah satu showroom yang terletak di daerah Manding. Barang-barang yang dijual di tempat ini adalah sepatu, sandal, sepatu sandal, tas, ikat pinggang, dan dompet. Harga sangat bervariasi tergantung bahan dasar yang digunakan. Penjual mengaku bahwa ada juga produk yang tidak terbuat dari kulit asli. Disini saya juga diberi ilmu untuk membedakan mana yang kulit asli dan mana yang tidak. Moccasin shoes, selain menjual barang produksinya di tempat ini juga menjualnya ke luar negeri.
B. Analisis
Usaha kecil menengah di daerah Kasongan, Manding, dan Malioboro Yogyakarta sudah maju karena beberapa tempat sudah menembus pasar internasional dan mempunyai beberapa cabang, namun untuk usaha kecil menengah di daerah Pantai depok belum sampai menembus pasar internasional.
Laba yang diperoleh oleh para pedagang di Kasongan, Manding, dan Malioboro mencapai jutaan rupiah per bulan, sedangkan pedagang di Pantai depok hanya memperoleh laba sekitar Rp 500.000,00 per bulan. Untuk pengelolaan data, pedagang daerah Kasongan lebih diperhatikan. Selalu ada rekapan data setiap pembelian yang ada. Selain itu para pedagang di Kasongan juga memperdagangkan usahanya lewat jejaring sosial misalnya facebook dan twitter. Hal inilah yang membuat usaha lebih maju karena usahanya dapat dikenal oleh semua orang.
Untuk kerajinan kulit di daerah Manding, mungkin harus lebih memperhatikan cara mengemas agar para konsumen dapat lebih tertarik untuk membeli kerajinan di tempat tersebut. Kualitas yang diberikan tempat ini memang sudah baik, namun pengemasaan akhir mungkin kurang menarik.





III.               PENUTUP
A.     Kesimpulan
Usaha Kecil Menengah merupakan salah satu kegiatan yang banyak sekali ditemukan di negara berkembang seperti Indonesia. Dalam pengelolaan usaha kecil menengah ini haruslah ulet agar dapat maju. Di Indonesia terutama kawasan Yogyakarta sendiri terdapat banyak usaha kecil menengah, beberapa usaha kecil menengah tersebut terdapat di Kasongan, Manding, Malioboro, dan Pantai Depok. Keempat tempat ini merupakan usaha kecil menengah namun berbeda produksinya. Di Kasongan para wirausaha menjual produk berupa kerajinan dari gerabah. Di daerah Manding menjual berbagai macam produk dari bahan dasar kulit. Di Pantai depok para pedagang menawarkan segala produk ikan-ikanan baik yang sudah matang atau belum matang. Sedangkan di Malioboro, kebanyakan para pedagang menawarkan baju dan aksesoris.
Usaha Kecil Menengah atau UKM yang terbilang maju adalah UKM yang mampu menembus pasar internasional dan laba yang diperoleh per bulannya mencapai jutaan rupiah. UKM yang seperti ini dapat dicontohkan seperti yang ada di daerah Kasongan, Manding, dan Malioboro. Sedangkan UKM di daerah Pantai Depok belum dapat menembus pasar internasional.
B.     Saran
Usaha Kecil Menengah atau UKM di Kasongan, Malioboro, Manding, dan Pantai Depok sudah cukup baik, mungkin yang perlu diperhatikan adalah pengemasan di daerah Manding agar ditata lebih baik lagi. Suatu produk akan laku terjual apabila kemasannya terlihat menarik. Perlakuan karyawan pun juga harus diperhatikan, karyawan yang ramah akan membuat konsumen senang dan dapat berlangganan di tempat itu.

0 komentar:

Posting Komentar