Selasa, 17 September 2013

Manajemen Administrasi Perkantoran


Manajemen administrasi perkantoran merupakan bagian dari manajemen yang memberikan informasi layanan bidang administrasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efektif dan memberi dampak kelancaran pada bidang lainnya.

>>> Pengertian menurut para ahli <<<
Edwin Robinson dan William Leffingwell 
"Manajemen Perkantoran dapat didefinisikan sebagai perencanaan, pengendalian, dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran, serta penggerakkan mereka yang melaksanakannya agar mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan lebih dahulu."

George R. Terry
"Manajemen perkantoran adalah perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian pekerjaan perkantoran, serta penggerakan mereka yang melaksanakan agar mencapai tujuan-tujuan yang telah ditentukan."

Millis Geoffrey 
"Manajemen kantor adalah seni membimbing personel kantor dalam menggunakan sarana yang sesuai dengan lingkungannya demi mencapai tujuan yang ditetapkan."

Rifhi Siddiq 
"Manajemen perkantoran merupakan suatu metode yang dilakukan dengan memperhatikan fungsi-fungsi manajemen berkaitan dengan pekerjaan perkantoran yang telah direncanakan sebelumnya. ""

W.H. Evans 
"Administrasi perkantoran merupakan fungsi yang menyangkut manajemen dan pengarahan semua tahap operasi perusahaan mengenai pengolahan bahan keterangan, komunikasi, dan ingatan organisasi."'
Dengan demikian, pada pokoknya manajemen perkantoran merupakan rangkaian aktivitas merencanakan, mengorganisasi (mengatur dan menyusun), mengarahkan (memberikan arah dan petunjuk), mengawasi dan mengendalikan (melakukan kontrol) sampai menyelenggarakan secara tertib sesuai tujuan mengenai sesuatu hal atau kegiatan. Hal atau sasaran yang terkena oleh rangkaian kegiatan itu pada umumnya ialah pekerjaan perkantoran (office work). Yang termasuk pekerjaan perkantoran diantaranya:
  • mengetik (typing)
  • menghitung (calculating)
  • memeriksa (checking)
  • menyimpan warkat/arsip (filing)
  • menelepon (telephoning)
  • menggandakan (duplicating)
  • mengirim surat (mailing)
  • mengadakan
  • mencatat
  • menyortir
>>> Aspek-aspek manajemen perkantoran <<<
Dalam manajemen perkantoran terdapat berbagai fungsi yang meliputi rangkaian aktivitas antara lain:
  • Manajemen dan pengarahan
  • Tata laksana/penyelenggaraan
  • Pelaksana secara efisien
  • Manajemen
  • Pengawasan
  • Pengendalian dan pengawasan
  • Pengarahan dan pengawasan
  • Pengarahan
  • Perencanaan, pengendalian dan pengorganisasian
Faktor-faktor menurut Edwin Robinson menyebutkan :
  • pegawai
  • Material perlengkapan
  • Persayaratan
  • Metode
Sedangkan fungsi-fungsi yang terkait lainnya menurut H.Mac Donald (office management) bertalian dengan 6 hal yaitu :
  • Kepegawaian perkantoran (office personel)
  • Metode perkantoran (office methods)
  • Perlengkapan perkantoran (office equipment)
  • Faktor-faktor fisik dalam kantor (Physical factor)love
  • Biaya perkantoran (office costs)
  • Haluan atau kebijakan perkantoran (office policies)
Perincian selengkapnya mengenai cakupan bidang kerja dalam manajemen perkantoran oleh Charles O Libbey meliputi :
  • ruang perkantoran (office space)
  • komunikasi (communications)
  • kepegawaian kantor (office personnel)
  • perabotan danperlengkapan kantor (furniture and equipment)
  • peralatan dan mesin (appliance and machine)
  • perbekalan dan alat tulis (supplies and stationery)
  • metode (methods)
  • tata warkat (records)
  • kontrol pejabat pimpinan (executive controls)
>>> Tujuan <<<
Tujuan manajemen perkantoran menurut GR Terry dalam bukunya yang berjudul Office Management and Control, yaitu:
  • Memberikan semua keterangan yang lengkap dan diperlukan siapa saja, kapan dan di mana hal itu diperlukan untuk pelaksanaan perusahaan secara efisien
  • Memberikan catatan dan laporan yang cukup dengan biaya serendah-rendahnya.
  • Membantu perusahaan memelihara persaingan.
  • Memberikan pekerjaan ketatausahaan yang cermat
  • Membuat catatan dengan biaya minimal
>>> Kegiatan <<<
Kegiatan manajemen administrasi antara lain :
  1. Pengadministrasian seluruh kegiatan
  2. Menginventarisasi peralatan kantor
  3. Penyediaan informasi yang dibutuhkan untuk kepentingan manajemen.
  4. Melakukan pengarsipan data sehingga mudah untuk diakses oleh yang membutuhkan.
  5. Melakukan pengadaan file .
Source : Wikipedia

Selasa, 10 September 2013

Ilmu baru nih


Eng ing eeeeeeeng…Ceritanya sedikit mau berbagi ilmu nih soalnya habis dapet ilmu baru dan bagi saya sangat menarik. Ini adalah salah satu mata kuliah saya di semester 5 lho, KORESPONDENSI BAHASA INGGRIS. Tau nggak?mungkin yang tau cuma anak administrasi perkantoran tapi semoga bisa bermanfaat juga buat yang lain ya.
Sedikit ngasih tau aja deh buat yang belom tau, korespondensi bahasa inggris itu ngajarin biar kita tau gimana tata persuratan yang baik. Nahhh yang pengen saya share disini adalah bagian-bagian dari surat itu. Cekidottttttttt…!!!

Parts of business letter
  1. Heading of letter
Terdiri dari : a. Company Letterhead
                     b. Letter date
                         ada 2 : Business correspondence style (ex : May 12th 2013)
                                     Military correspondence style (ex : 12 May 2013)
                     c. Confidential Notation
  1. Opening of letter
Terdiri dari : a. Inside addres
                     b. Attention line
                     c. Salutation
  1. Body of letter
Terdiri dari : a. Subject lie
                     b. Message
  1. Closing of letter
Terdiri dari : a. Complimentary closing
                     b. Company signature
                     c. Writers Signature
                     d. Writers identification
                     e. Reference initials
                     f. Enclosure notation
                     g. Mailing notation
                     h. CC notation
                     i. BCC notation
                     j. Postscript

Kamis, 05 September 2013

Awal Mula Kota Solo


Solo atau Surakarta adalah kota tempat saya tinggal, nah penasaran kan asal mula kota ini. Monggo dibaca... :-)
Solo atau Surakarta merupakan nama sebuah kota yang berada di Provinsi Jawa Tengah. Kota ini terletak pada jalur strategis, yang mempertemukan jalur dari arah Jakarta ke Surabaya atau Bali, dari arah Semarang dan dari Yogyakarta menuju Surabaya dan Bali, atau sebaliknya.
Sejarah kota ini bermula saat kerajaan (Keraton) Kartasuro telah mengalami kerusakan sangat parah akibat perang antara Baginda (Sunan Pakubuana/PB II) dengan Sunan Kuning (1742). Berkat bantuan VOC, PB II dapat merebut kembali keraton Kartasura. Tentu saja bantuan tersebut tidak gratis akan tetapi dengan mengorbankan beberapa wilayah warisan Mataram untuk diberikan pada VOC.
Selain itu pemberontakan juga telah mengakibatkan hancurnya bangunan keraton. Hancurnya bangunan keraton dinilai telah menghilangkan kesaktian keraton karena pemberontak itu telah masuk kedalam keraton, sehingga akan mempengaruhi pamor dan wibawa kerajaan, oleh karena itu sudah tidak tepat kalau terus mempertahankan keraton Kartasuro sebagai pusat pemerintahan atau ibu kota kerajaan Mataram.
Berawal dari situ, maka PB II menunjuk beberapa orang narapraja diantaranya: Tumenggung Honggowongso, Adipati Pringgoloyo, Adipati Sindurejo, Tumenggung Mangkuyudo, Tumenggung Pusponegoro, Ngabei Yosodipuro, Mayoor Hogengdarp, yang kemudian ditambah dengan Pangeran Wijil, Tumenggung Tirtiwigunio, Kyai Kalifah Buyut dan Penggulu Fekih Ibrahim, untuk mencari tempat yang akan dijadikan sebagai pusat pemeritahan kerajaan.
Setelah melakukan pengembaraan ke berbagai tempat, para narapraja tersebut akhirnya menemukan tiga tempat atau desa yaitu Desa Kadipala, Desa Sala, dan desa Sana Sewu, yang bisa dijadikan sebagai pusat pemerintahan baru. Setelah melakukan perundingan, akhirnya dipilihlah Desa Sala untuk diajukan kepada Sunan PB II sebagai pusat keraton Mataram yang baru. Desa Sala yang letaknya kurang lebih 10 Km sebelah timur kota Kartasuro.
Baginda menyetujui usulan tersebut, yang kemudian oleh Sri Baginda Sunan Paku Buana II diberi nama Surakarta Hadiningrat. Pada hari rabu tanggal 17 Syura 1670 atau 17 Februari 1745, pindahlah Baginda Sunan Paku Buana II dari Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat, perpindahan ini dilaksanakan dengan kirab secara besar-besaran. Maka sejak saat itu Ibu kota Kerajaan Mataram pindah dari Kartasuro ke Surakarta Hadiningrat. Peristiwa inilah yang kemudian dijadikan sebagai dasar hari lahir kota Solo.
Dari desa Sala tersebut pusat pemerintahan kerajaan Mataram dijalankan dan dikendalikan. Disebut sebagai desa Sala, karena di desa tersebut hidup seorang tokoh masyarakat yang bijaksana bernama KYAI SALA. Selain itu desa ini juga berawa-rawa dan penuh dengan pohon Sala yaitu pohon tom atau nila, namun ada juga yang menyebut pohon sala sejenis pohon pinus.
Kendati aslinya bernama Sala (pakai huruf a) namun dalam perkembangannya berubah dan lebih akrab disebut Solo (pakai huruf o), hal ini terjadi terjadi karena kesalahan orang Belanda dalam menyebut nama kota ini karena memang lidah mereka tidak seluwes lidah orang Indonesia. Sejak saat itu kemudian tidak hanya orang asing saja, akan tetapi masyarakat Indonesia pun menyebut dengan SOLO. Penyebutan ini terasa lebih mudah dilafalkan, dicerna dan memiliki makna yang khas dibanding nama resminya.
Nama Surakarta hadiningrat menjadi seperti kalah pamor dibanding Solo karena sikap sang pemberi nama, Paku Buwono II, yang saat itu pro kolonial. Surakarta kemudian dianggap menceriminkan watak kekuasaan, kapitalis-kolonial, sementara Solo mencerminkan semangat kerakyatan (mengakar sebagaimana asal namanya dari pohon Sala) dan memberi keteduan, keayoman pada rakyat (rimbun dedaunan).
Bagi orang Solo, persoalan nama tersebut bukanlah suatu masalah yang berarti. Persoalan itu hanya muncul dikalangan intelektual akademis saja. Sebab bagi rakyat Solo, nama Surakarta pun diterima sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada PB II, yang adalah pendahulu, terlepas dari sikap pro kolonial dan lain sebagainya.
Dengan demikian baik nama Surakarta maupun Solo keduanya akan senantiasa hadir, mencerminkan hubungan yang saling menghargai antara pemimpin dan rakyat. Pemimpin itu harus senantiasa mengakar dan mengayomi rakyatnya dan harus menjalankan amanat kepemimpinannya untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyatnya. Karena itulah, dibalik kepopuleran nama Solo, teringat pula akan pohon Sala yang akan selalu mengakar dan merakyat.
Source : Kompasiana

Selasa, 03 September 2013

Kuliah Bahasa Indonesia

Potret Modernisasi di Wilayah Mojosongo
Nur Rahmi Akbarini
arinnur44@yahoo.com
Abstrak
Karya tulis ilmiah dapat berasal dari hasil penelitian atau dari hasil pemikiran konseptual. Hasil-hasil penelitian banyak ditulis dalam bentuk karya tulis ilmiah berupa sebagai yang telah di sebut sebelumnya, dan ada pula karya tulis ilmiah yang berasal dari hasil pemikiran konseptual.Dalam karya tulis ini kita dapat  mengetahui permasalahan modernisasi di daerah kita.Misalmya saja dari segi industri,pertanian,maupun kebudayaan. Dari situ lah terdapat dampak positif maupun negatif yang akan timbul.
Abstract
Scientific paper can be derived from the findings or the results of conceptual thinking. Many research results were written in the form of a scientific paper that has been mentioned before, and there are scientific papers coming from the ideas of this paper konseptual.Dalam we can find out the problems of modernization in the region only in terms of industry kita.Misalmya , agriculture, and culture. From there there was a positive and negative impacts that will arise.

A. Latar Belakang Masalah
Pada dasarnya setiap masyarakat menginginkan perubahan dari keadaan tertentu kearah yang lebih baik dengan harapan akan tercapai kehidupan yang leih maju dan makmur.  Keinginan akan adanya perubahan itu adalah awal dari suatu proses modernisasi.Modernisasi berarti proses menuju masa kini atau proses menuju masyarakat yang modern. Jadi, modernisasi merupakan suatu proses perubahan di mana masyarakat yang sedang memperbaharui dirinya berusaha mendapatkan ciri-ciri atau karakteristik yang dimiliki masyarakat modern.
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang merupakan wilayah baru pada masa kemerdekaan, memiliki sebuah tatanan agrarian seperti halnya daerah-daerah setingkat kelurahan atau desa pada daerah linnya. Sistem politik pedesaan dengan menempatkan lurah sebagai salah satu pejabat terpenting dibawah raja dan bupati masih terasa kental pada masa awal setelah kemerdekan Indonesia pada tahun 1945.
Diberlakukannya UUPA, dan juga pergantian system pemerintahan Kotamadya, maka sejak tahun 1961 Lurah daerah Mojosongo telah murni dianggkat sebagai pegawai dibawah departemen dalam negeri dan system apanage secara simultan juga telah dihapuskan. Dihapuskannya system tersebut, maka semakin membuat dinamika sosial yang besar terjadi di daerah Kelurahan Mojosongo pada masa itu, gelombang orang yang mulai sadar akan pentingnya sertifikat tanah, mulai mengkapling-kalping lahan-lahan kosong dan segera mengatasnamakan seseorang akan hak kepemilikian tanah. Tentang penetapan luas tanah pertanian, atau dikenal dengan “UU landreform”. Bersama dengan UU tentang bagi hasil, yang merupakan produk hukum untuk melengkapi UUPA. Didalamnya ditetapkan batas minimal dan maksimal luas tanah yang boleh dikuasai perorangan, khusus untuk usaha pertanian. Hal tersebut juga sering menimbulkan masalah antara seseorang tuan tanah dengan petani penggarapnya yang dulu mempunyai daerah sawah yang luas, kini harus dengan rela menyerahkan sebagian dari tanahnya. Permasalahan-permasalahan dan persenketaan tersebut terus terjadi hingga memasuki tahun 1965 dan mulai mereda setelah adanya peristiwa G-30 S pada akhir tahun. Dengan adanya hal itu, maka perubahan besarpun terjadi, dimana penambahan jumlah penduduk tersebut juga diimbangi dengan pemenuhan kebutuhannya, baik berupa sarana transportasi, konsumsi, sarana peribadatan, kesehatan dan juga sarana hiburan. Dari pola-pola pemenuhan kebutuhan tersebut, secara tersirat dapat dilihat proses transformasi masyarakat kearah modernisasi.
Dari pemaparan tersebut, maka menjadi sangat menarik untuk diteliti berbagai hal yang berkatan dengan pembanguan Perumnas Mojsosngo. Baik dari segi dampak ekonomis, maupun nilai perubahan sosial yang ada didalamnya.
. B. Rumusan Masalah
1.       Sejarah pendirian perumnas Mojosongo.
2.       Pembangunan sarana penunjang.
3.       Masyarakat modern
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari Penulisan ini adalah :
Untuk masyarakat :
1.       Mengetahui Sejarah pendirian perumnas Mojosongo.
2.       Mengetahui pembangunan sarana penunjang.
3.       Mengetahui dampak positif modernisasi
Untuk mahasiswa :
Dapat mengkaji segala modernisasi di wilayah Mojosongo
D. Manfaat
Untuk mengetahui tentang pengaruh modernisasi khususnya di wilayah Mojosongo
E. Kajian Pustaka
Karya tulis ilmiah dapat berasal dari hasil penelitian atau dari hasil pemikiran konseptual. Hasil-hasil penelitian banyak ditulis dalam bentuk karya tulis ilmiah berupa sebagai yang telah di sebut sebelumnya, dan ada pula karya tulis ilmiah yang berasal dari hasil pemikiran konseptual. Dalam publikasi (Jurnal/Majalah/ Lembaran/Berita Berkala/Informasi/ Prosiding) yang paling banyak ditulis yaitu dalam bentuk artikel pada suatu jurnal ilmiah.
A.Kawasan yang di kaji
Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres, Kota Surakarta yang merupakan wilayah baru pada masa kemerdekaan, memiliki sebuah tatanan agrarian seperti halnya daerah-daerah setingkat kelurahan atau desa pada daerah linnya. Sistem politik pedesaan dengan menempatkan lurah sebagai salah satu pejabat terpenting dibawah raja dan bupati masih terasa kental pada masa awal setelah kemerdekan Indonesia pada tahun 1945 . (http://macheda.blog.uns.ac.id/2011/07/19/perumnas-mojosongo-potret-modernisasi-wilayah-solo-utara/)
B. Hal yang dikembangkan
Proyek-proyek pengembangan daerah dilakukan secara besar-besaran guna menunjang kebutuhan hidup masyarakat. Berkaitan dengan program pemenuhan perumahan bagi masyarakat menengah, salah satu proyek terbesar di Jawa Tengah pada masa tahun 1979 adalah pembangunan PERUMNAS di wilayah Kelurahan Mojosongo. Perumnas terseut dibangun diatas tanah seluas leih kurang 60 ha, terdiri dari 7 blok besar yaitu Dempo, Malabar, Tambora, Rinjani, Lampo Batang, Sibela dan Pelangi.
Proses pembangunan Perumnas Mojosongo yang menghabiskan waktu tak lebih dari 5 tahun, tentunya mebawa dampak yang besar bagi kehidupan masyarakat sekitar. Sebuah wilayah yang sebelumnya hanya dilewati sesekali alat transportasi modern bahkan bisa dikatakan tidak ada, kini berubah 180° setelah adanya peumahan tesebut. Tidak kurang dari 3000 rumah yang telah selesai dibangun membuat penambahan jumlah penduduk yang cukup besar diwilayah Solo utara. Dengan adanya hal itu, maka perubahan besarpun terjadi, dimana penambahan jumlah penduduk tersebut juga diimbangi dengan pemenuhan kebutuhannya, baik berupa sarana transportasi, konsumsi, sarana peribadatan, kesehatan dan juga sarana hiburan. Dari pola-pola pemenuhan kebutuhan tersebut, secara tersirat dapat dilihat proses transformasi masyarakat kearah modernisasi.
Dari pemaparan tersebut, maka menjadi sangat menarik untuk diteliti berbagai hal yang berkatan dengan pembanguan Perumnas Mojsosngo. Baik dari segi dampak ekonomis, maupun nilai perubahan sosial yang ada dilamnya.
F. Pembahasan
a. Sejarah Pendirian Perumnas Mojosongo
Berdasarkan sebuah kajian tentang kependudukan pada awal tahun 1980, tercatat tak kurang dari 400.000 jiwa dengan luas wilayah 44 ribu km2 bertempat tinggal di wilayah Kodya Surakarta. Jumlah penduduk yang sedemikian besar, ternyata tidak diimbangi dengan pola penyebaran pemukiman yang seimbang.Keterbatasan dana serta bertepatan dengan adanya program pembangunan perumahan nasional oleh Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan, maka dengan bekerjasama dengan Perum Perumnas, Proyek pembangunan Perumahan Mojosongo ditetapkan pada tahun 1982. Program Diretorat Penyelidikan Masalah Bangunan antara lain:
1. Mengadakan program pembangunan tempat permukiman baru bagi semua golonga masyarakat melalui Perusahaan Umum Pembangunan Perumahan Nasional (Perum Perumnas) yang didirikan pada tahun 1974.
2. Menggalakkan pembangunan lingkungan oleh pihak swasta, ditujukan bagi golongan masyarakat berpendapatan sedang dan tinggi, dengan bantuan kredit konstruksi dan Kredit Pemilikan Rumah dari Bank Tabungan Negara (KPR BTN).
3. Mengadakan dan mengembangkan program perbaikan lingkungan perumahan kota bagi penduduk berpenghasilan rendah dan sedang. Program ini dikenal dengan nama Program Perbaikan Kampung (PPK) yang kemudian dikembangkan dengan Peremajaan Lingkungan Perumahan Kota (PLPK) dan Proyek Perintis Perbaikan Lingkungan Perumahan Kota (P3LPK).
Pembangunan Perumnas Mojosongo tidaklah dilakukan secara serta merta, pembangunan tersebut dilakukan dalam bebrapa tahapan. Tahap pertama adalah proses search selection, yaitu tahap penentuan lokasi pembangunan perumahan. Pada tahap ini penentuan lokasi pembangunan harus memiliki beberapa kriteria dimana hal yang paling pokok adalah:
1. Masalah lokasi. Dimana lokasi yang akan di bangun untuk wilayah perumahan haruslah terletak di kawasan pengembangan wilayah kota.
2. Ketersediaan pasokan air yang memenuhi syarat konsumsi.
3. Jumlah penduduk yang tidak padat.
Dengan mempertimbangkan beberapa persyaratan diatas, maka dalam realisasinya pembangunan permukiman baru di Surakarta dilaksanakan di Kelurahan Mojosongo, Kecamatan Jebres yang merupakan daerah pinggiran kota. Wilayah iniyang sering disebutsebagai kawasan “Solo Utara” merupakan daerah kurang produktif dan memiliki tingkat kepadatan penduduk yang masih rendah, yakni sebesar 2.685 jiwa per km².
Tahap pembangunan berikutnya adalah tahap pengadaan ataupun pembebasan tanah. Pengadaan tanah merupakan suatu kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian yang sesuai kepada pemilik atau yang berhak atas tanah. Adapun teknik pemasaran Perumnas Mojosongo, pihak Perum Perumnas Cabang Solo melakukan penyebaran formulir bagi masyarakat yang memenuhi syarat yang telah ditentukan oleh pihak Perumnas antara lain:
1. Masyarakat yang tercatat sebagai Warga Negara Indonesia (WNI).
2. Masyarakat yang belum mempunyai rumah sendiri.
3. Masyarakat yang telah mempunyai penghasilan tetap dan berjumlah 3 kali lipat dari besaran biaya cicilan bulanan.
Setelah formulir yang telah disebar tersebut diisi dan dikembalikan, kemudian tahap berikutnya diseleksi siapa saja yang berhak dan layak untuk diprioritaskan memperoleh kepemilikan rumah di Komplek Perumnas Mojosongo. Adapun yang menjadi dasar layak atau tidaknya calon pembeli dalam proses penyeleksian ini adalah:
1. Wiraswasta.
2. Pegawai Negeri.
3. Pegawai Swasta.
4. Masyarakat yang terkena penggusuran.
Tahap keempat adalah pembangunan, Proses pembangunan berikutnya adalah sesuai dengan masterpalan yang telah di buat yaitu dengan pembangunan sitem “pengemabangan” dimana pada tahap awal dibangunlah secara simultan blok-blok berikutnya diawali dengan blok Malabar – Rinjani – Tambora – Sibela – Lampo Batang dan Pelangi. Pembangunan tersebut juga melibatkan konsultan asing yang berasal dari Belanda. Adapun konsultan asing tersebut ditugasi secara khusus untuk mengerjakan teknis berupa pembangunan kanal-kanal saluran pembuangan air limbah, septiktank, dan sistem pengadaan air minum PDAM. Sistem pembangunan tersebut dikemudian hari diintegrasikan dan dijadikan sebuah Industri Pengolahan Air Limbah Surakarta. Proses pembangunan awal tersebut selesai untuk semua blok pada tahun 1985.
b. Pembangunan Sarana Penunjang
Berdasarkan atas Peraturan Menteri Dalam Negeri no.1 tahun 1978. Pembangunan proyek Perumnas juga harus dilengkapi dengan sarana penunjang kebutuhan non materiil bagi penghuninya. Pelaksanaan pembangunan sarana-prasarana tersebut dilakukan mulai tahun 1984 setahun setelah dilakukannya serah terima dari pihak Perum Perumnas Cabang Solo kepada Pemda Surakarta. Sarana lingkungan yang dimaksud meliputi pelayanan dan fasilitas sosial. Untuk perlayanan sosial dibangun bebrapa tempat yaitu sarana pendidikan dan sarana kesehatan. Pihak Perum Perumnas menyediakan sejumlah lahan kosong yang letaknya telah disesuaikan dengan perencanaan tata letak yang telah disetujui. Sarana pendidikan tersebut antara lain TK, SD, SLTP dan SLTA. Seluruh pelaksanaan pembangunan dan pengelolaannya diserahkan kepada pihak Pemda dan Depdikbud Kota Surakarta. Untuk TK dan SD pelaksanaannya telah terealisasi, tercatat terdapat 3 Taman Kanak-kanak dan 6 Sekolah Dasar yang tersebar di seluruh kawasan perumnas.Selain sarana pendidikan, disediakan pula sarana kesehatan yang berupa Puskesmas yang terdapat di tiga wilayah Perumnas yaitu:
1. UPTD Puskesmas Daerah Mojosongo yang berada di wilayah Sibela.
2. Puskesmas Pembantu yang berada di wilayah Lampo Batang.
3. Puskesmas Pembantu II yang berada di wilayah Rinjani.
Untuk fasilitas sosial salah satunya adalah sarana peribadatan.
Untuk sarana rekreasi bagi penghuni perumahan, pihak Perum Perumnas juga menyediakan sejumlah lahan yang diperuntukkan untuk kepentingan tersebut. Kepentingan yang dimaksud antara lain taman, tempat bermain serta lapangan olahraga. Untuk pembangunan dan pengelolaannya diserahkan kepada Pemda Kota Surakarta. Dalam perkembangannya sarana taman dan Olah Raga mendapatkan sebuah tanggapan yang positif dari masyarakat. Sedangkan sarana Olah Raga seperti Lapangan Sepak Bola selain digunakan untuk kepentingan pokoknya, juga bansi yang berupa Pasar Malam lengkap dengan hiburan-hiburan musik maupun pemutaran Film layar lebar.
c. Perubahan kearah Modern
Masyarakat modern adalah masyarakat yang sebagian besar warganya mempunyai orientasi nilai budaya yang terarah ke kehidupan dalam peradaban masa kini. Menurut Alex Inkeles manusia modern memiliki ciri-ciri :
1. Masyarakatnya heterogen.
2. System pelapisan sosialnya terbuka
3. Mobilitas sosialnya tinggi
4. Melakukan tindakan secara rasional.
5. Tidak terikat pada tradisi/adat.
Pembagunan Perumnas Mojosongo terbukti telah banyak membawa pengaruh yang sangat besar pada pola kehidupan masyarakat Mojosngo yang telah menempati daerah tersebut sejak lama. Penambahan jumlah penduduk dari luar daerah dan dari latar belakang pekerjaan yang beragam serta dalam jumlah signifikan dalam jangka lima thun, membuat masyarakat menjadi begitu heterogen dan mengalami mobilitas yang sangat tinggi.
Dampak pembangunan Perumnas Mojosongo lainnya dalam perubahan mata pencaharian masyarakat sekitar dikarenakan adanya pembebasan tanah di beberapa dukuh antara lain meliputi Busukan, Tegal Arum, Genengan dan Kendalredjo. Penduduk yang semula mendapatkan penghasilan di bidang pertanian berusaha mendapatkan penghasilan di bidang lain seperti wiraswasta, buruh bangunan maupun buruh industri serta pegawai negeri maupun pegawai swasta. Salah satu latar belakang yang menunjang penduduk asli tersebut menjadi pegawai adalah karena tingkat pendidikan mereka yang semakin tinggi, di samping karena semakin luasnya informasi lapangan pekerjaan di masyarakat.
Dampak pembangunan lainnya yang benar-banar menggeser pola kehidupan masyarakat. Adanya pembangunan jalan raya menbuat arus transportasi meningkat dengan tajam. Kebutuhan akan gaya hidup yang sebelumnya harus diperoleh dengan mendatangi pusat-pusat perbelanjaan yang berada di wilayah kota, kini menjadi lebih dekat, oleh karena kawasan perumnas Mojosongo dalam beberapa tahun kedepan hingga saat ini menjadi kiblat penyediaan fashion di kawasan regional Solo Utara.
Perkembangan wilayah Solo Utara terus mengalami perkembangan hingga tahun 2000an. Perkembangan tersebut meliputi berbagai sektor dari pendidikan, IPTEK, hiburan, fashion dan juga ekonomi. Perubahan tersebut secara kasat mata dapat dilihat pada Jalan Utama yaitu jalan Jaya Wiajaya yang sepanjang jalan terus beraktifitas selama 24 jam dengan berbagai kesibukan perniagaan maupun pusat-pusat teknologi seperti Warnet, Game center dan lain-lain. Dengan perkembangan yang sedemikian rupa, kawan Jalan Jaya Wijaya bahkan memiliki sebutan sebagai Slamet Riyadi Junior.
G. Kesimpulan
Perumahan Mojosongo merupakan sebuah kawasan yang memiliki keunikan tersendiri dalam khasanah sejarah perkembangan modernisasi wilayah Solo Utara. Proses pembangunan Perumnas Mojosongo secara garis besar melalui empat tahapan yaitu: (1) Search selection yaitu tahap pemilihan lokasi pembangunan. Dimana Wilayah mojosongo dipilih karena merupakan daerah yang masuk dalam rencana pengembangan kota dengan syarat-syarat tertentu. (2) Pengadaan Tanah, tahap ini adalah sebuah usaha penyediaan lahan pembangunan melalui cara negosiasi pembebasan tanah dengan pemilik yang sah. (3) Matrikulasi Calon Huni yaitu sebuah usaha sosialisasi guna mencari calon penghuni Perumnas dengan menentukan syarat-syarat pembelian dan skala prioritas pembeli. (4) Pembangunan dimana pembangunan dilakukan secara bertahap dengan menuntaskan satu blok pertama yaitu Dempo yang dimulai tahun 1982 dan selesai pada tahun 1983 dan diresmikan oleh Presiden Suharto. Pembangunan berikutnya adalah dengan menyelesaikan 5 blok sisa hingg athun 1985 dan terus dikembangkan hingga tahun1998.
Adanya Perumnas Mojosongo lengkap dengan segala fasilitas, pola hidup masyarakat baru, hal ini menimbulkan bebrapa dampak, salah stunya adalah modernisasi. Modernisai ini dapat dilihat secara kasat mata dari perkembangan bangunan, iptek, sarana transportasi, hingga masalah gaya hidup yang berubah sangat signifikan pada masyarakat Solo Utara.
DAFTAR PUSTAKA :

Eko Budihardjo, Arsitektur dan Kota di Indonesia, Bandung, Alumni, 1991, Hal 72 http://chelamutia.blogspot.com/2011/05/masyarakat-indonesia-di-tengah.html
http://reizvan.blogspot.com/2010/10/problematika-tantangan-dan-resiko.html
Susanto, Phil Astrid S. 1999. Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sisoal. Jakarta. Putra A. Bardin